This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 13 Mei 2010

Cara Membikin Blog yang Mendatangkan Duit Tanpa Henti

RAHMATULLAH
SUDAH MENGHASILKAN BNYAK UANG

Cara Membikin Blog yang Mendatangkan Duit Tanpa Henti

Hello jumpa lagi.! Masih ingat postingan2 yang lalu tentang blog? Klo dah lupa diulang lagi bacanya hehe..,di posting kali ini kita akan membicarakan tentang blog yang menghasilkan uang tiada henti, tertarik?.mari kita lanjut!! Tidak mustahil blog yang anda bikin dapat menghasilkan duit tanpa henti. Bila anda tahu caranya, blog bisa menjadi mesincetak duit yang membuat anda makmur dan sejahtera. Sehingga anda tak perlu susah lagi cari duit tambahan untuk “menambal” kebutuhan sehari-hari serta bisa merancang masa depan anda. Nah bagaimana caranya? Gampang saya kasih tahu caranya…



Yang harus anda lakukan pertama adalah membikin blog. Tetapi bukan blog biasa, melainkan blog marketing. Jenis blog ini berbeda dengan blog personal. Jika blog personal lebih mengutamakan tentang diri anda atau pengalaman-pengalaman anda, tapi blog marketing bertujuan untuk memasarkan produk anda.

MEMBURU MARXIS DI LADANG BUKU

Memburu Marxis di Ladang Buku

Oleh edi roniyadi woyla

LANGIT hitam sore itu. Telepon seluler saya berkali-kali menerima pesan yang sama: “Kami diteror orang tak dikenal sejak pagi.” Pengirimnya, Sadikin. Ia ketua panitia diskusi filsafat bertema Gerakan Marxis Internasional. Suatu hari Sadikin mengundang saya dan sejumlah wartawan untuk menghadiri persiapan acara itu. Ia merasa perlu bicara pada kami untuk menjelaskan konsep diskusi tersebut dan terutama, berjaga-jaga dari situasi tak menyenangkan yang bisa saja terjadi.

Undang-Undang Dasar 1945 menjamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta berpendapat bagi semua warga negara Indonesia, tetapi pada praktiknya hal tersebut sulit terjadi. Berkali-kali kata “demokrasi” hanya sebatas retorika. Pembunuhan, penganiayaan, penculikan, pemenjaraan, dan bermacam teror serta tindak kekerasan masih terus dialami orang-orang yang berbeda pendapat dengan negara maupun dengan kelompok tertentu.

Namun, Sadikin ingin belajar dan juga mengajak orang lain untuk bersama-sama menghargai perbedaan serta keluar dari kepompong trauma yang terbentuk dari propaganda Orde Baru yang militeristis selama 32 tahun: antimarxisme dan antikomunisme.

Tak ada yang paham tentang marxisme maupun komunisme dengan baik selama itu, tetapi harus memusuhinya. Malam nanti sejumlah orang akan diajak untuk mengetahuinya dan setelah itu terserah mereka. Boleh membenci, boleh menyukai, boleh juga tidak merasa terkesan dan hanya menyimpannya sebagai pengetahuan.

HUJAN deras. Jalanan di muka toko buku Ultimus di Lengkong Besar, Bandung , yang biasanya sepi di malam hari, kini ramai. Sekelompok orang berseragam hitam-hitam lalu-lalang di muka toko.

Ada yang berdiri bergerombol, ada juga yang jongkok di pinggir jalan. Diskusi telah dibuka. Sadikin moderator. Seorang pembicara bernama Marhaen Soepratman duduk di sebelahnya.

Marhaen. Nama yang aneh, pikir saya. Nama Marhaen pernah populer di masa presiden Soekarno berkuasa. Ia kagum pada seorang petani yang bekerja keras, bersemangat, cerdas, dan pemberani, bernama Marhaen yang dijumpainya di sebuah desa di Jawa Barat.

Sejak itu Soekarno menamakan ajaran atau ideologinya yang memihak rakyat kecil atau wong cilik itu sebagai marhaenisme. Tetapi Marhaen Soepratman bukan orang Sunda. Ia keturunan Tionghoa. Ia juga bukan petani, melainkan mahasiswa di sebuah universitas di Kanada. Nama aslinya adalah Hariyanto Darmawan.

Di Kanada, ia aktivis serikat buruh. Ia sengaja datang ke Bandung, setelah mengunjungi keluarganya di Jakarta. Peserta diskusi malam itu tak lebih dari seratus orang. Rata-rata peserta antusias dengan materi yang disampaikan pembicara.

Tetapi belum setengah jam acara berlangsung, seorang lelaki paruh baya merampas mikrofon dari genggaman Marhaen. Kasar. Tanpa sopan-santun. “Ajaran komunis sudah tidak relevan lagi dibicarakan! Orang tua saya dibunuh oleh PKI (Partai Komunis Indonesia)! Jadi saudara-saudara, acara semacam ini harus dihentikan!” teriak lelaki itu. Sorot matanya liar memandang sekeliling. Ia adalah Adang Supriadi, ketua Persatuan Masyarakat Antikomunis atau disingkat Permak.

Suasana jadi ricuh ketika anggota Permak mulai menendang-nendang bangku dan mengancam peserta diskusi. Semua orang buru-buru keluar ruangan. Tumpah ruah ke jalan. Anggota Permak kemudian memburu pembicara dan ketua panitia yang berusaha menyelamatkan diri ke arah kampus Universitas Pasundan, tepat di depan toko buku itu.

Tak berapa lama Sadikin dan Marhaen ditangkap orang-orang Permak, yang memaksa mereka masuk ke mobil untuk dibawa ke markas Kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Bandung. Saiful Haq, aktivis Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras), yang kebetulan hadir di situ mencoba mencegah tindakan Permak. Hanya polisi yang berhak menangkap dan mengamankan orang. Namun, permintaan Saiful tak digubris.

Mereka malah menciduk sebelas orang lagi untuk diangkut ke Polwiltabes. Setelah ribut-ribut itu, polisi datang dan sibuk menyita barang-barang seperti pengeras suara, buku-buku bahkan beberapa kaos yang dijual di Ultimus. Alasannya, untuk barang bukti.

Selama penyitaan berlangsung salah seorang polisi berteriak, “Mana yang bernama Bilven?”

Bilven Rivaldo Gultom adalah pengelola Ultimus.Tak seorang pun menjawab. Langkah-langkah sepatu terdengar mengitari seluruh ruang, lalu berakhir di pintu utama.

Pintu ditutup dan disegel dengan pita kuning atau garis polisi yang disilangkan di tengahnya.

MARHAEN Supratman diperiksa di ruang terpisah. Ia bahkan menolak bantuan Lembaga Bantuan Hukum Bandung. Katanya, ia ingin didampingi pengacara keluarga.

Keesokan harinya, 15 Desember 2006, pukul sepuluh malam, semua yang ditangkap Permak dibebaskan polisi. Namun, Marhaen tak terlihat.

“Dia dijemput keluarganya dan langsung ke Jakarta,” kata Sadikin.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polwiltabes Bandung Ajun Komisaris Besar Polisi Arief Ramdhani menolak disebut mendukung penangkapan yang dilakukan Permak.

“Kami hanya mengamankan saja. Soalnya kan di sana terjadi ribut,” ujarnya.

Ia tengah duduk santai di sofa, bersama dua polisi lain.

“Mereka dijerat dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999 tentang makar dan kejahatan yang berhubungan dengan keamanan negara,” lanjut Arief.

Apakah tuduhan itu terbukti?

”Mereka diperiksa sebagai saksi, dan kami belum menemukan bukti kuat yang mengarah ke sana,” katanya.

Lalu bagaimana dengan Permak? Apakah mereka juga diamankan? Toh, mereka yang memicu keributan.

Salah seorang polisi di sofa itu menyahut, “Ya, mereka juga dimintai keterangan.” “Saya hanya menyidik perkara yang dilimpahkan intel,” tukas Arief.

Permak adalah organisasi baru. Ia berdiri pada 1 Oktober 2006, bertepatan dengan hari Kesaktian Pancasila. Organisasi ini gabungan dari 20 organisasi massa seperti Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan dan Putra-Putri Tentara Nasional Indonesia/ Kepolisian Republik Indonesia (FKPPI), Angkatan Muda Siliwangi, Pemuda Pancasila, dan Pemuda Pancamarga.

“Kami ingin menghancurkan komunis. Mereka itu seperti setan, tidak terlihat tapi ada,” kata ketua Permak Adang Supriadi kepada saya.

Adang juga menjabat sekretaris FKPPI kota Bandung.

“Apa yang Anda tahu soal komunis?” tanya saya.

“Komunis itu kan didirikan oleh Karl Marx di Moskow. Mereka itu penipu dan akan mengganggu Pancasila,” kata Adang.

Adang bahkan tak tahu siapa Karl Marx. Filsuf Jerman itu disebutnya berasal dari Moskow, ibukota Uni Sovyet. Marx mencetuskan Manifesto Komunis, tapi tak pernah mempraktekkannya. Ia hanya sebatas pemikiran, sebatas teori. Lebih dari setengah abad kemudian, tepatnya setelah revolusi Oktober 1917, barulah Vladimir Ilich Lenin mendirikan negara Uni Sovyet menggantikan kekaisaran Rusia dan menerapkan paham komunis.

Negara berdasarkan paham ini menempatkan kaum buruh sebagai pemimpin. Kaum buruh adalah penggerak modernisasi dan peradaban manusia, tapi justru diposisikan sebagai budak. Kaum buruh adalah kaum yang tak memiliki apa pun, kecuali tenaganya untuk bekerja. Kaum yang paling tertindas di dunia modern, tapi berjasa.

Berbeda dengan kapitalisme yang mengkondisikan persaingan atau kompetisi untuk bertahan hidup, komunisme mengutamakan pemerataan ekonomi. Setiap orang yang bekerja akan memperoleh hasil sesuai kebutuhannya.

Permak mengetahui acara diskusi di Ultimus empat hari lebih awal.

“Kami ini punya intel yang terlatih, hingga tingkat RT (Rukun Tetangga)/ RW (Rukun Warga). Makanya informasi semacam ini cepat kami ketahui,” katanya.

Adang menilai diskusi itu bukan diskusi intelektual, karena terbuka untuk umum.

“Perlu Anda ketahui tempat diskusi itu hanya berupa lapangan parkir dan bangku-bangku dari kayu,” ujarnya, menegaskan makna “umum” tadi.

Namun, Adang menyanggah telah dimintai keterangan oleh polisi akibat ulahnya dan temannya di Ultimus.

“Kami tidak diperiksa. Kami ini kan pelapor,” katanya.

Ia ingin penyidikan polisi terhadap diskusi tersebut berlanjut sampai tuntas.

“Ultimus itu gerakan komunis murni,” tegasnya, serius.

Alamak! Ia menyetarakan nama sebuah toko buku dengan ideologi tertentu.Adang menjelaskan bahwa spanduk-spanduk antikomunis yang tersebar di kota Bandung itu adalah “gawean” Permak.

Jumlah spanduk yang dipasang lebih dari 50 buah. Sambil membentang spanduk-spanduk kampanye antikomunis, mereka juga getol merazia toko-toko yang menjual kaos bergambar palu arit, lambang persatuan kekuatan kaum buruh dan tani.

Pada Mei 2006 lalu, pertemuan mantan anggota Gerakan Wanita Indonesia atau yang populer disebut Gerwani juga mereka obrak-abrik. Tentu saja kegiatan semacam ini perlu dana. Spanduk-spanduk, biaya konsolidasi, dan kerja intelijen tak mungkin lepas dari uang.

Adang yang begitu berapi-api saat bicara soal bahaya komunisme dan aksi mengganyang komunis, langsung bungkam ketika ditanya soal penyandang dana Permak.

Beberapa saat kemudian ia pun menjawab, “Perjuangan kami adalah ideologi Pancasila, jadi tidak ada yang mendanai kami.” Oleh karena itu, tak ada yang bisa dan berhak menghentikan sepak-terjang Permak.

“Kecuali mati,” tegas Adang.

“Selama ada Tap MPR dan undang-indang yang melarang komunis, kami akan mengejar mereka. Tapi kalau undang-undang itu dicabut, mungkin kami yang akan dikejar-kejar oleh mereka,” lanjutnya.

Ia benar-benar takut pada komunis, sehingga menggunakan prinsip lebih baik memukul duluan ketimbang dipukul duluan.

AKSI antikomunis bukan cuma sekali ini. Aliansi Anti Komunis atau AAK berencana melancarkan aksi Bonfire of Liberties pada 20 Mei 2001.

Target mereka menghabisi orang-orang komunis. Namun, aksi tersebut batal. Lagipula orang komunis sudah sulit dicari, karena militer dengan bantuan organisasi massa tertentu dan kalangan agama telah membantai tiga juta orang yang mereka sebut “komunis” pada tahun 1965.

Tak dapat membakar orang komunis, AAK beralih ke pembersihan dan pembakaran terhadap buku-buku yang mereka curigai berisi ajaran komunisme dan marxisme.

AAK beraksi di Jakarta dan Bandung. Buku-buku sastra karya Pramoedya Ananta Toer, sastrawan dan calon penerima Nobel Sastra tiga kali berturut-turut, juga terancam dibakar.

Di sejumlah kota, para penerbit terpaksa menarik buku-buku mereka yang dikategorikan “kiri” dari toko-toko buku.

Entah kenapa kata “kiri” diidentikkan dengan komunisme. Kata “kiri” dalam sejarah adalah julukan untuk orang-orang atau kaum oposan di parlemen Perancis tempo dulu.

Politisi vokal duduk di deretan kursi sebelah kiri. Kaum kanan di parlemen identik dengan kaum konservatif atau pendukung raja. Siapa pun yang menentang kekolotan, penindasan, dan pikiran sempit bisa disebut “kiri”.

AAK merupakan gabungan 33 organisasi massa, di antaranya Gerakan Pemuda Islam (GPI), Front Hisbullah, dan Front Pembela Merah Putih. Aliansi ini dipimpin pemimpin milisi Timor Timur, Eurico Guterres. Salah satu alasan Indonesia menyerbu dan memutuskan untuk menjajah Timor Leste pada tahun 1975 dulu adalah jangan sampai negeri itu dikuasai kaum komunis.

Itulah yang sering terdengar dari mulut para tentara Indonesia yang dikirim untuk perang di sana. FRETILIN, partai beraliran Marxis di Timor Leste, memenangkan lebih dari 90 persen suara rakyat Timor Leste pada pemilihan umum tahun itu. Pemerintah Indonesia melancarkan propaganda berbeda: ingin membebaskan rakyat Timor Timur dari cengkraman komunisme.

Sekarang pun, setelah Timor Leste merdeka, FRETILIN tetap menguasai mayoritas kursi di parlemen. Untuk menyeleksi buku-buku yang harus dimusnahkan, AAK membentuk tim khusus yang terdiri dari 99 orang dan mereka mewakili semua organisasi yang bergabung di bawah payung AAK.

Mereka bekerja selama 18 hari tanpa lelah. AAK meresmikan gerakan mereka ini secara simbolis pada 19 April 2001, dengan membakar buku karya Franz Magnis Suseno, seorang pastor Katolik, di markas GPI di Jakarta. Buku itu berjudul Pemikiran Karl Marx, Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme.

Bonfire of Liberties, nama untuk operasi antikomunis AAK, berasal dari dua ribu tahun silam. Ketika itu Dinasti Qin di Cina daratan memerintahkan pembakaran buku Konfusian.

Ajaran-ajaran Konfusian dianggap mengancam keutuhan negara. Pencetus ajaran ini, Konfusius, adalah seorang filsuf. Pembakaran buku-buku yang berisi ajaran marxisme dan komunisme juga dilakukan di masa Hitler berkuasa.

Fasisme Hitler tak hanya ingin memusnahkan orang Yahudi, tapi juga kaum komunis dan homoseksual.

SEJAK penyegelan itu, sejumlah orang berdatangan ke toko buku Ultimus untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, termasuk para wartawan.

Edi Suryadi, yang biasa dipanggil Pak Yadi, adalah salah seorang yang berjualan kartu telepon di situ. Usianya 46 tahun.

“Banyak orang-orang yang ngomong bahwa di sini terjadi penyekapan. Ada juga yang bilang di sini terjadi pembunuhan. Mungkin orang-orang itu tidak tahu Ultimus yang sebenarnya,” ujar Yadi.

Ketua Rukun Tetangga di lingkungan tersebut, Joni Supriatna, tak pernah dapat keluhan dari warga soal aktivitas Ultimus. Tetapi Joni jadi punya pendapat beda sesudah ia didatangi polisi.

“Acara itu mengganggu masyarakat, karena diskusinya bertentangan dengan pemerintah,” katanya.

Ketika saya menanyakan apa yang dimaksud dengan “bertentangan dengan pemerintah”, ia kelihatan bingung dan menjawab, “Saya tidak tahu, pokoknya kata polisi ada kegiatan lain yang dilarang oleh pemerintah.”

Pada 16 Desember 2006, saya menemui Bilven Rivaldo Gultom di sebuah kafe. Lelaki berkulit kuning langsat ini belum genap 30 tahun. Ia berusaha gembira, meski hatinya gelisah.

“Saya belum merasa bebas. Berdasarkan informasi dari orang-orang terdekat saya, ada banyak orang tak dikenal mencari-cari saya,” katanya.

Sebentar-sebentar ia melihat layar telepon selulernya. Bunyi pesan yang masuk menyaingi suara hujan.

“Saya tidak mengerti tuduhan mereka. Mungkin saya dituduh komunis karena saya miskin,” katanya, lagi.

Secangkir kopi panas pesanannya tiba.

“Saya dan kawan- kawan hanya ingin mengembalikan filsafat Marx pada posisi terhormat sebagai ilmu filsafat yang layak dipelajari. Karena ilmu-ilmu sosial yang ada tidak bisa menjawab beberapa persoalan yang pokok yang berhubungan dengan kehidupan,” ujar Bilven.

“Selama ini, ajaran Marx banyak digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk merebut kekuasaan. Itu yang tidak saya sepakat. Karena itu akhirnya ajaran Marx juga ikut diberangus.” Ia terus bicara.

“Revolusi itu akan terjadi pada tingkat pemikiran. Indikatornya, tidak ada lagi pemberangusan, tidak ada korupsi dan orang-orang akan menggunakan akal pikirannya berdasarkan logika bukan lagi menggunakan hal-hal yang abstrak,” lanjutnya.

Bilven lolos saat Permak melancarkan penangkapan. Sejak saat itu ia tinggal berpindah-pindah.

Ultimus berdiri pada tahun 2004. Awalnya, sekelompok anak muda mendirikan perpustakaan yang mereka beri nama Sang Pemula. Mereka terinspirasi oleh judul buku karya Pramoedya yang berisi riwayat hidup wartawan pertama Indonesia sekaligus tokoh pergerakan nasional bernama Raden Mas Tirto Adisoerjo.

Setelah itu mereka tertarik mendirikan toko buku. Sebelum pindah ke Lengkong Besar, Ultimus beralamat di jalan Karapitan. Bilven dan teman-temannya juga menerbitkan buku. Sudah sembilan judul, termasuk Kapital I, Kapital II, Tentang Kapital Marx, dan Seni dan Kehidupan Sosial.

Sebagai toko buku alternatif, Ultimus menawarkan sistem pengelolaan yang berbeda. Tak ada pemilik modal yang dominan di situ. “Kontribusi modal, bukan hanya dalam bentuk uang, tapi juga tenaga kerja. Setelah dipotong gaji, keuntungan yang didapat dibagi rata dan disisihkan sekian persen untuk kepentingan sosial,” ujar Bilven.

Ia juga menyunting buku-buku yang diterbitkan Ultimus. Kegiatan sosial yang dimaksud adalah kegiatan diskusi, sekolah alternatif bagi anak-anak jalanan, pementasan teater, dan pemutaran film.

Panji Haryadi, mahasiswa Universitas Pasundan yang juga aktivis Himpunan Mahasiswa Islam, termasuk pelanggan Ultimus. Menurut Panji, selain bisa memperoleh buku murah, ia juga dapat referensi tambahan dari para pengelolanya. Panji kecewa terhadap tindakan Permak yang membubarkan diskusi. Perbedaan pendapat, menurut Panji, adalah esensi demokrasi.

“Justru inisiatif teman-teman Ultimus menyelenggarakan diskusi-diskusi semacam ini, membantu perkembangan ilmu pengetahuan yang tidak didapat selama kuliah,” katanya.

Malam itu Bilven mengirim pesan singkat ke telepon seluler saya: “Police line sudah dibuka.”

Namun, ia ternyata belum tenang. Selama tak ada jaminan dari polisi, anarki model Permak bisa terulang sewaktu-waktu.* *)

KISAH DESA NALE'T WOYLA


NALAET MERUPAKAN SEBUAH DESA YANG DULUNYA BANYAK PENJAJAHAN BELANDA. TETAPI DENGAN KEKUATAN ORANG NALET YANG KOMPAK. MAKA BELANDA MENINGGALKAN DESA NALE'T. KINI NALE'T SUDAH BERUBAH NAMA DESA. MENJADI DESA BLANG LUAH..............KARNA SAWAH NYA YANG SANGAT LUAS MAKA DI KASIH LAH NAMA OLEH NENEK MOYNG DESA NALE'T........DESA BLANG LUAH........ SAMPAI SEKARANG MASIH DI SEBUT DESA BLANG LUAH ....KEMAJUANPUN BERTAMBAH DI DESA BLANG LUAH SAMPAI SAAT SEKARANG INI

TEORI BELAJAR

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dunia berkembang begitu pesatnya. Segala sesuatu yang semula tidak bisa dikerjakan, mendadak dikejutkan oleh orang lain yang bisa mengerjakan hal tersebut. Agar kita tidak tertinggal dan tidak ditinggalkan oleh era yang berubah cepat, maka kita sadar bahwa pendidikan itu sangat penting.

Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.

Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi terhadap kekacauan ini.

Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira

Realness bukan hanya harus dimiliki oleh anak, tetapi juga orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar yang bebas dan didasari oleh realness dari semua pihak yang telibat dalam proses pembelajaran akan dapat menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar.

Bagi para guru, salah satu pertanyaan yang paling penting tentang belajar adalah : Kondisi seperti apa yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku? Atau dengan kata lain, bagaimana bisa apa yang kita ketahui tentang belajar diterapkan dalam instruksi? Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada penjelasan-penjelasan psikologis tentang belajar.

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak lepas dari individu yang lainnya. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak disengaja.

Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.

Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain sebagai berikut:

1. adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;

2. adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;

3. adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;

4. adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi;

5. adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman;

6. adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar. (Frandsen, 1961, p. 216).

Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan dengan makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi (pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) dengan makanan. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif.

Dasar penemuan Pavlov tersebut, menurut J.B. Watson diberi istilah behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia harus dipelajari secara objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian dengan bawaan dan naluri. Watson menggunakan teori classical conditioning untuk semuanya yang bertalian dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli psikologi mendukung proses mekanistik. Maksudnya kejadian lingkungan secara otomatis akan menghasilkan tanggapan. Proses pembelajaran itu bergerak dengan pandangan secara menyeluruh dari situasi menuju segmen (satuan bahasa yang diabstraksikan dari kesatuan wicara atau teks) bahasa tertentu. Materi yang disajikan mirip dengan metode dengar ucap.

B.Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian teori belajar humanisme?

2. Apakah pengertian teori belajar Behaviorime?

3. Bagaimanakah penerapan kedua teori belajar tersebut?

4. Siapa saja tokoh-tokoh teori belajar?

5. Bagaimana implikasi teori-teori belajar tersebut?

C.Tujuan dan Manfaat penyusunan makalah

1. Agar kitra memahamai tentang berbagai macam teori belajar

2. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan teori-teori belajar dala pendidikan

3. Mendeskripsikan implikasi teori belajar

4. Mengkaji implikasi teori belajar

Adapun penyusunan makalah ini bermanfaat secara:

a. Teoretis, untuk mengkaji ilmu pendidikan khususnya dalam memahami implikasi pendidikan, pembelajaran, pengajaran, prinsip-prinsip pembelajaran, dan perkembangan teori pembelajaran.

b. Praktis, bermanfaat bagi:

(1) para pendidik agar pendidik tidak salah persepsi tentang pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran, serta dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dan teori pembelajaran yang sesungguhnya,

(2) mahasiswa agar memahami tentang pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran.

BAB II

TEORI BELAJAR


1. Pengertian Teori Belajar

1. Teori Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.

Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.

1. Teori Humanistik

Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.

Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.

Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.

Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?

Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.

1. Tokoh-Tokoh Teori Belajar

1. Teori Behaviorisme

Beberapa tokoh besar dalam aliran behaviorisme antara lain adalah :

a. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.

b. Thorndike (1874-1949)

Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.

Atas dasar percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum belajar :

1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)

Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.

2. Hukum latihan

Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah hubungan S-R. Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat. Hukum ini sebenarnya tercermin dalam perkataan repetioest mater studiorum atau practice makes perfect.

3. Hukum akibat ( Efek )

Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Rumusan tingkat hukum akibat adalah, bahwa suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi. Jadi hokum akibat menunjukkan bagaimana pengaruh hasil suatu tindakan bagi perbuatan serupa.

c. Skinner (1904-1990)

Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal, mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.

Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.

Prinsip belajar Skinners adalah :

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.

* Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.

* Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.

* Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.

* dalam pembelajaran digunakan shapping

1. Teori Humanistik

a. Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

b. Abraham Maslow

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:

* Kebutuhan fisiologis / dasar

* Kebutuhan akan rasa aman dan tentram

* Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi

* Kebutuhan untuk dihargai

* Kebutuhan untuk aktualisasi diri

c. Carl Rogers

Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun 1902 dan wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa mudanya, Rogers tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Dia membaca buku apa saja yang ditemuinya termasuk kamus dan ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai buku-buku petualangan. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931.

Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society.

Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

* Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

* Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa

* Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

* Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :

* Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

* Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

* Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

* Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.

* Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

* Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

* Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

* Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.

* Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.

* Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.

1. Aplikasi Teori Belajar

Perkembangan teori belajar cukup pesat. Berikut ini adalah teori belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran.

1. Teori Behaviorisme

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Aplikasi teori belajar behaviorisme menurut tokoh-tokoh antara lain :

a. Aplikasi Teori Pavlov

Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.

b. Aplikasi Teori Thorndike

* Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya.

* Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau sistem drill.

* Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar.

c. Aplikasi Teori Skinner

Guru mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah diperiksa dan dinilai sesegera mungkin.

1. Aplikasi Teori Humanistik

Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatny masing-masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswa dengan komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.

1. Perbandingan Teori Behaviorisme dengan Teori Humanisme

Beberapa perbandingan antara teori behaviorisme dengan teori humanistik yaitu :

a. Teori behaviorisme

Teori :proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulis dan respon.

Tujuan :adanya perubahan tingkah laku pada peserta didik.

Metode :dibagi dalam bagian-bagian kecil sampai kompleks. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.berorientasi pada hasil yang dicapai, tidak menggunakan hukuman.

Kekurangan :

* sentral,bersikap otoriter,komunikadi satu arah.

* Guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari siswa.

* Pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengarihi oleh penguatan yang diberikan oleh guru,mendengarkan dan menghafal.

Penerapan :pada mata pelajaran yang membutuhkan praktek dan pembicaraan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, daya tahan, dan sebagainya. Misal dalam: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, olagraga,dll.

Guru :guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi

Murid :melakukan sendiri apa yang menjadi instruksi dan melakukannya berulang-ulang sampai hasilnya baik.

Evaluasi :didasarkan pada perilaku yang dicapai sebagai hasil dari latihan yang dilakukan.

b. Teori humanistik

Teori :belajar untuk memenusiakan manusia.

Tujuan :menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.

Metode :mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,jujur , dan positif.

Kekurangan :terlalu memberi kebebasan pada siswa.

Penerapan :materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan.

Guru :memberi motivasi,kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.

Siswa :pelaku utama (student center) yang memaknai poses pengalaman belajar sendiri

Evaluasi :diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.

BAB III

PENUTUP

A.Simpulan

Teori belajar humanisme dan behaviorisme memiliki ciri khas masing-masing . Teori belajar humanisme berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang perilakunya bukan sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.Sedangkan teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru. Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.

Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :

1. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar,

2. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran,

3. Memandu guru untuk mengelola kelas,

4. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa

5. yang telah dicapai,

6. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif,

7. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat

8. mencapai hasil prestasi yang maksimal.

Implikasi perkembangan teori pembelajaran sekarang sangatlah beragam. Guru dapat menerapkan menurut aliran-aliran teori tertentu. Seperti teori behavioristik dalam pembelajaran guru memperhatikan tujuan belajar, karakteristik siswa, dan sebagainya.

B.Saran

Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

DAFTAR PUSTAKA

* Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
* Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
* http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI%20BELAJAR%20DAN%20PEMBELAJARAN.htm
* http://rohman-makalah.blogspot.com/2008/07/teori-belajar-akhmad-sudrajat-m.html
* Rumahbelajar psikologi.com
* Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner (2000), Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis), Dr. A. Supratiknya (ed.), Jogjakarta :Kanisius .
* Novina.wordpress.com
* http://Alkohol7.wordpress.com
* http://Ahmadsudrajat.wordpress.com
* http://www.adrianusmeliala.com/files/kuliah
* Blogs.unpad.ac.id/aderusliana
* www.Fakultasluarkampus.net
* http://Neozonk.blogspot.com
* www.uny.ac.id/akademik/share file
* silabus.upi.edu
* trimanjuniarso.wordpress.com

FOTO TEMAN DAN KELUARGA


RAHMATULLAH


RAHMATULLAH PUTRA WOYLA NALET BLANG LUAH